Titik Kritis Jargon “BerAKHLAK”, Ketika Nilai Mulia Tersandung Formalitas
BerAKHLAK diluncurkan sebagai core values ASN—nyata, singkat, dan berwibawa. Namun satu hal jangan dilupakan: nilai yang hebat bisa jadi hiasan dinding kalau tidak berubah jadi praktik sehari-hari.
Kalimat besar harus diuji oleh tindakan kecil: senyum di loket, keberanian mengakui salah, menolak fitnah demi karier, berkolaborasi tanpa pamrih. Kemenpan RB
Konteks Singkat (fakta penting)
Presiden meluncurkan core values BerAKHLAK pada 27 Juli 2021 sebagai pedoman moral dan perilaku ASN. Untuk membantu implementasi, KemenPANRB merilis modul, pedoman, dan pelatihan dasar yang mewadahi internalisasi nilai-nilai tersebut. Namun sejumlah kajian lapangan dan makalah akademik menemukan gap antara kebijakan dan praktik di tingkat instansi. Kemenpan RB+2Sibangkoman+2
Titik Kritis Implementasi — Ini yang Perlu Ditampar Pelan tapi Tegas
-
Nilai berhenti jadi poster, bukan praktik
Banyak instansi sudah punya poster, modul Latsar, dan workshop BerAKHLAK—tapi rutinitas kerja tetap lama: rapat tanpa outcome, layanan yang masih berbelit, dan budaya “asal aman” saat ada audit. Intinya: branding berjalan, perubahan budaya kurang. Sibangkoman+1 -
Infrastruktur akuntabilitas belum sepenuhnya terintegrasi
Jika akuntabilitas hanya jadi lampiran laporan tahunan tanpa integrasi ke sistem penilaian kinerja, maka nilai “Akuntabel” tidak memengaruhi insentif dan sanksi riil. Laporan tebal ≠ perilaku jujur. Ini mesti di-link langsung ke sistem evaluasi kinerja yang transparan. ResearchHub -
Pelatihan tanpa follow-up = usang cepat
Banyak pelatihan BerAKHLAK bersifat satu kali (sosialisasi atau Latsar) tanpa mentoring berkelanjutan, coaching, atau evaluasi lapangan. Akibatnya, internalisasi mandek setelah sertifikat dipajang di rak. Studi menyarankan siklus pembelajaran berkelanjutan dan evaluasi outcome. ResearchHub+1 -
Kepemimpinan yang tidak memberi teladan
Nilai berubah dari atas. Kalau pimpinan cuma “jangkauan Instagram” — foto acara BerAKHLAK tapi perilaku sehari-hari kontradiktif — bawahannya akan meniru yang tampak: menyusun narasi untuk pencitraan, bukan berubah. Kepemimpinan tanpa keteladanan adalah sebab utama kegagalan budaya. Universitas Negeri Surabaya Journal -
Politik, tekanan karier, dan budaya fitnah
Sistem karier yang kompetitif dan tekanan politik lokal kerap mendorong strategi bertahan: mempromosikan diri dengan menjatuhkan rekan, menyebar gosip, atau memilih aman demi jabatan. Ini membunuh kolaborasi dan merusak harmoni—nilai yang seharusnya dilindungi oleh BerAKHLAK. Kemenkeu -
Pengukuran dan indikator yang tidak sensitif
Banyak indikator implementasi bersandar pada input (jumlah pelatihan, jumlah poster) bukan outcome (peningkatan kepuasan publik, berkurangnya kasus maladministrasi). Tanpa indikator outcome, sulit buktikan bahwa BerAKHLAK mengubah realitas. ResearchHub -
Partisipasi publik dan akuntabilitas eksternal minim
Transparansi yang sesungguhnya memerlukan ruang bagi masyarakat untuk memberi nilai balik, mengakses data, dan menagih. Kalau publik cuma jadi penerima layanan tanpa mekanisme umpan balik yang kuat, efek BerAKHLAK terhadap kepercayaan publik akan terbatas. Sibangkoman
Granat: Pelepasan Kebenaran — 7 Tamparan Praktis untuk ASN
(Ini yang kubuat supaya teman-teman ASN nggak cuma ngerasa diawasi oleh atasan, tapi merasa diawasi oleh rakyat — dan itu bagus.)
-
Ubah KPI: dari hadir di pelatihan → ke skor kepuasan publik & audit perilaku.
(KPI harus memaksa perubahan perilaku, bukan sekadar checklist.) ResearchHub -
Masukkan penilaian peer review anonim dalam promosi — rekan kerja menilai integritas & kolaborasi, bukan hanya output yang bisa dipoles.
-
Buat program mentoring jangka panjang (mentor-mentee) untuk memastikan transfer perilaku, bukan hanya pengetahuan. Sibangkoman
-
Transparansi dua arah: dashboard layanan publik + kanal pengaduan yang direspons nyata dalam 30 hari.
(Biar ASN tahu: rakyat pantau kerja kita tiap hari.) Sibangkoman -
Sanksi cepat & adil untuk perilaku fitnah atau manipulasi data—tanpa ampun pada pelaku, adil pada prosedur. Kemenkeu
-
Leadership walk: pimpinan wajib ikut 1 bulan kerja lapangan per tahun untuk merasakan realitas layanan.
(Teori kurang kalau nggak pernah turun loket.) Universitas Negeri Surabaya Journal -
Integrasikan BerAKHLAK ke flow kerja harian (checklist pelayanan, skrip komunikasi empatik, SOP koreksi kesalahan).
(Jadikan nilai itu alat—bukan dekorasi.) Sibangkoman
Tak Butuh Pujian, Tapi Butuh Pembuktian
Kawan-kawan ASN: nilai besar tak butuh pujian, ia butuh pembuktian. Jangan kerja demi wajah di depan atasan; kerja seakan-akan setiap tindakan diawasi oleh rakyat yang memberi amanat.
BerAKHLAK bukan sekadar mantra untuk upacara pembukaan, melainkan kompas moral yang ditanamkan di setiap tanda tangan, setiap interaksi, setiap kebijakan kecil. Kalau kita ingin bangsa percaya, kita harus mulai dari hal kecil — bukan hanya foto di poster, tapi kejujuran sehari-hari.
Kalau ingin naik pangkat, naiklah karena kerja yang nyata — bukan karena meruntuhkan orang lain. Kalau ingin dikenal baik, jadilah orang baik yang ketika pergi namanya dilupakan, tapi jejak kebaikannya tetap terasa.
.jpg)