Kolaboratif, Bergerak Bersama, Bukan Sendiri
Tak ada pelayanan publik yang bisa berdiri dari satu tangan.
Segala hal yang besar dalam pemerintahan lahir dari kerja bersama, bukan dari satu nama.
Namun di antara semangat kolaborasi itu, ego kadang menyelinap diam-diam —
menggoda aparatur untuk lebih ingin terlihat berhasil sendiri,
daripada sukses bersama-sama.
Inilah ujian sejati nilai Kolaboratif dalam BerAKHLAK,
mampukah ASN menundukkan ego pribadinya demi kemajuan bersama?
Jangan Ciptakan Jurang diantara Rekan Kerja
Kolaborasi adalah bahasa baru birokrasi modern,
tapi sejatinya ia bukan hal baru bagi budaya Indonesia.
Sejak lama, nenek moyang kita hidup dengan gotong royong,
dari membangun rumah, membajak sawah, hingga menjaga kampung.
Namun di dunia ASN, semangat itu sering terkikis oleh sistem karier yang kompetitif.
Setiap orang ingin naik pangkat, mendapat pengakuan, atau sekadar terlihat lebih rajin dari rekan sebelahnya.
Padahal, ketika ego pribadi lebih besar dari semangat tim,
yang tumbuh bukan prestasi, melainkan jurang di antara rekan kerja.
“Kolaboratif itu bukan soal siapa yang paling pintar,
tapi siapa yang paling tulus membuat orang lain juga bisa berhasil,”
ujar seorang kepala seksi muda di Randublatung yang dikenal rendah hati tapi berpengaruh.
Antara Ambisi dan Pengabdian
Tidak ada yang salah dengan ambisi.
Ambisi bisa jadi motor perubahan — asal diarahkan dengan benar.
Yang salah adalah ketika ambisi menjadi kompetisi yang membutakan,
hingga membuat ASN rela menjatuhkan kawan demi terlihat bersinar.
Kolaboratif bukan berarti kehilangan semangat berprestasi,
melainkan menemukan makna baru dalam kebersamaan.
Karena ASN yang baik tidak sibuk menonjolkan diri,
tapi sibuk membuat sistemnya berjalan lancar.
ASN yang kolaboratif tahu bahwa keberhasilan sejati tidak lahir dari “siapa yang paling hebat,”
melainkan dari bagaimana semua orang bisa ikut hebat bersamanya.
Bekerja Bersama, Bukan Bekerja Sama
Ada perbedaan halus tapi penting antara bekerja sama dan bekerja bersama.
Bekerja sama sering kali masih menyisakan kepentingan pribadi,
“aku bantu kamu, tapi nanti bantu aku juga.”
Sedangkan bekerja bersama artinya satu visi, satu langkah, tanpa pamrih.
ASN yang kolaboratif bekerja bersama rakyat, bukan hanya untuk rakyat.
Ia mendengar, mengajak, dan membangun ruang partisipasi —
bukan menara gading yang penuh laporan tapi minim makna.
Kolaborasi Lintas Generasi dan Lintas Instansi
Kolaboratif juga berarti mampu menembus sekat-sekat birokrasi.
Instansi pemerintah tidak bisa lagi bekerja seperti pulau-pulau yang terpisah.
Permasalahan masyarakat hari ini begitu kompleks,
butuh kerja lintas bidang, lintas usia, bahkan lintas ego.
ASN muda membawa semangat inovasi,
ASN senior membawa kedalaman pengalaman.
Jika keduanya bersinergi, lahirlah kebijakan yang cerdas sekaligus membumi.
Tapi bila keduanya saling curiga,
yang lahir hanyalah tumpukan laporan yang tak pernah menyentuh rakyat.
Kolaborasi Melawan Budaya Fitnah dan Pencitraan
Salah satu musuh besar kolaborasi adalah fitnah yang berwajah halus.
Kadang datang dari ambisi pribadi, kadang dari rasa iri,
atau sekadar ingin terlihat baik di mata pimpinan.
Budaya semacam itu bukan hanya menghancurkan rekan kerja,
tapi juga meracuni kepercayaan publik terhadap ASN.
Karena bagaimana rakyat bisa percaya,
jika sesama pengabdi negara saling menjatuhkan?
ASN kolaboratif memilih jalan sebaliknya —
mendorong kawan yang lemah, melindungi yang terancam,
dan menolak menjadi bagian dari gosip yang merusak harmoni kerja.
“Lebih baik diam daripada ikut menyebarkan luka,”
begitu kata seorang ASN senior di Cepu yang sudah kenyang pahit getir dunia birokrasi.
Jabatan Hanyalah Sementara
Kolaboratif adalah seni menundukkan ego dan meninggikan hasil bersama.
ASN yang kolaboratif paham bahwa jabatan adalah sementara,
tapi pengaruh kebaikan akan terus berlanjut bahkan setelah namanya tak lagi disebut.
Karena pelayanan publik yang sejati tak diukur dari seberapa tinggi pangkat seseorang,
melainkan dari seberapa banyak orang yang ia ajak maju bersama.
Dan ketika ASN bisa bergerak bersama,
bangsa ini pun akan melangkah lebih cepat — bukan karena satu bintang bersinar,
tapi karena seluruh langit ikut bercahaya. 🌌
.jpg)