Kalau Semua Orang Baik, Penjara Kosong? Justru Itu Tanda Negara Maju!

Ilustrasi penjara kosong sebagai simbol masyarakat baik dan damai

Pro dan Kontra Kampanye Kebaikan

Belakangan ini kampanye sederhana tapi bermakna dalam, “gak ada ruginya jadi orang baik”, mulai ramai digaungkan. Ada yang setuju, mengangguk penuh harap, tapi ada pula yang nyinyir, “Kalau semua orang baik, penjara nanti kosong. Trus, aparat kerja apa?”

Pertanyaan ini sekilas logis, tapi sejatinya justru memperlihatkan betapa kita masih terjebak dalam cara berpikir lama. Benarkah penjara kosong itu masalah? Atau justru prestasi besar bagi sebuah negara?


Realitas Sosial Blora dan Cepu Raya

Di Blora dan Cepu Raya, problem sosial terasa nyata. Dari ekonomi mikro yang seret, lapangan kerja minim, hingga budaya gotong royong yang kian terkikis. Dalam kondisi seperti ini, kampanye kebaikan menjadi lebih penting dibanding sekadar jargon politik.

Bayangkan jika para kepala desa jujur dalam mengelola dana desa, pedagang berlaku fair, pejabat menolak gratifikasi, dan warga saling bantu di tengah kesulitan. Energi sosial akan mengalir lebih efisien, tanpa tersedot ke lubang gelap korupsi dan kecurangan.


Penjara Kosong, Negara Sehat

Mengutip filsuf utilitarian Jeremy Bentham, Tujuan hukum bukan menghukum sebanyak mungkin, melainkan mencegah kejahatan.”
Artinya, hukum ideal adalah hukum yang tidak sering dipakai karena masyarakat sudah taat dan sadar.

Nelson Mandela bahkan menegaskan, Tidak ada orang yang lahir untuk membenci orang lain. Mereka belajar membenci, dan jika mereka bisa belajar membenci, mereka bisa diajari untuk mencintai.”

Biaya negara untuk napi di Indonesia tidak kecil. Dari makanan, keamanan, hingga rehabilitasi. Semakin penuh penjara, semakin besar anggaran yang terbakar. Sebaliknya, jika penjara sepi, itu tanda rakyat makin sadar hukum dan aparat bisa lebih fokus melayani, bukan hanya menghukum.


Belajar dari Skandinavia

Norwegia, Swedia, dan Finlandia adalah contoh nyata. Sistem penjara mereka sangat humanis, fokus pada rehabilitasi, sampai ada penjara yang ditutup karena jumlah napi makin sedikit.

Bandingkan dengan Indonesia, di mana penjara justru overkapasitas hingga 200%. Kondisi ini menunjukkan bahwa penjara penuh bukan tanda negara kuat, melainkan tanda masyarakat gagal dicegah dari berbuat salah.


Kearifan Jawa, Urip Iku Urup

Budaya Jawa punya landasan kuat dalam gerakan moral. Eling lan waspada, pasrah lan sumarah menjadi sikap hidup yang menumbuhkan ketenangan batin sekaligus kepedulian sosial.

Ada pula ungkapan urip iku urup — hidup itu menyala, memberi cahaya bagi sesama. Jadi orang baik bukan sekadar amal pribadi, tapi api yang menyalakan lingkungan.


Pandangan Tokoh dan Ilmuwan

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berkata, Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.
Pesan ini sejalan dengan gagasan bahwa kebaikan tidak boleh terjebak dalam hitungan untung-rugi duniawi.

Sementara itu, Emile Durkheim, sosiolog Prancis, menegaskan bahwa kejahatan pasti ada di setiap masyarakat. Namun ukuran sehat tidaknya suatu masyarakat adalah sejauh mana mereka berhasil menekan kejahatan itu.


Arah Praktis untuk Blora dan Cepu Raya

  • Mulai dari kebaikan kecil. Transparansi kas desa, kejujuran dalam jual-beli, gotong royong di saat ekonomi sulit.

  • ASN dan pejabat jadi teladan. Lebih baik menunjukkan lewat tindakan nyata daripada sekadar ceramah.

  • Bangun ekosistem sosial. Kebaikan jangan berhenti di pribadi, tapi jadi gerakan kolektif yang menguatkan kepercayaan antarwarga.


Gak Ada Ruginya Jadi Orang Baik

Menjadi orang baik bukan berarti semua orang berubah jadi malaikat. Tapi semakin banyak yang memilih jalan lurus, semakin besar pula ruang kepercayaan dan solidaritas.

“Penjara kosong” bukan ancaman, melainkan cita-cita. Bukan berarti aparat kehilangan kerja, melainkan mereka bisa mengalihkan energi untuk pencegahan, pendidikan, dan pelayanan.

Dan pada akhirnya, kebaikan selalu punya keuntungan, moral, sosial, bahkan ekonomi. Maka, benar adanya, gak ada ruginya jadi orang baik.