Kesurupan di SRMA 18 Blora, Antara Sugesti Mistis dan Fakta Neurologi Remaja
Fenomena kesurupan yang menimpa beberapa siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 18 Blora belakangan jadi buah bibir warga Cepu. Sebagian menilai karena “tanah wingit” tempat sekolah berdiri, sementara dari kacamata ilmu, gejala ini erat kaitannya dengan psikologi dan neurologi remaja.
Cerita yang Beredar
Beberapa kali, siswi SRMA mendadak jatuh pingsan, berteriak, atau kehilangan kesadaran saat kegiatan di asrama. Warga sekitar dengan cepat mengaitkan kejadian itu dengan hal gaib. Mereka menyebut tanah sekolah tersebut “gatal/wingit”, ada penunggunya, dan belum benar-benar “bersih”.
Cerita mistis semacam ini gampang sekali menyebar di tengah masyarakat. Di sisi lain, pihak sekolah menghadapi dilema, tidak bisa mengabaikan keresahan warga, namun juga tak ingin larut dalam stigma mistis yang justru memperburuk suasana.
Penjelasan Ilmiah, Neurologi dan Psikologi Remaja
Fenomena kesurupan di sekolah, khususnya di kalangan remaja putri, sebenarnya bukan hal baru. Dari sisi neurologi dan psikologi perkembangan, ada beberapa faktor yang bisa menjelaskannya :
1. Stres Adaptasi Asrama
Hidup di asrama berarti anak-anak harus berpisah dari orang tua, mengikuti jadwal ketat, dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Tekanan emosional semacam ini memicu stres.
Dalam otak, bagian amigdala (pusat emosi) menjadi lebih aktif, sementara prefrontal cortex (pengendali logika) belum matang sempurna. Hasilnya, tubuh bisa merespons berlebihan, hingga kehilangan kesadaran.
2. Trance atau Dissociative State
Kesurupan sering masuk kategori dissociative trance disorder dalam psikologi klinis. Otak “memutus” kesadaran normal sebagai mekanisme pelarian dari tekanan. Jadi bukan roh luar yang masuk, tapi otak sendiri yang mematikan mode normal.
3. Efek Sugesti Kolektif
Sering kali, kesurupan menyebar ke banyak siswa. Psikologi menyebut ini mass psychogenic illness. Siswa yang melihat temannya kesurupan bisa ikut terpicu lewat mirror neurons di otak, sehingga gejala serupa muncul meski tanpa penyebab biologis.
4. Faktor Fisiologis
Kurang tidur, kelelahan fisik, dehidrasi, atau gula darah rendah memperbesar kemungkinan otak mengalami gangguan kesadaran. Semua kondisi ini cukup umum di kehidupan asrama yang padat aktivitas.
Tugas Perkembangan Remaja
Usia 15 tahun adalah masa transisi penting. Dua teori besar bisa menjelaskan perilaku mereka :
-
Erik Erikson – Remaja berada di tahap Identity vs Role Confusion. Mereka sedang mencari jati diri, ingin diakui, tapi juga rentan bingung. Perilaku ekstrem, termasuk kesurupan, bisa jadi “ekspresi” tak sadar dari konflik batin mereka.
-
Jean Piaget – Pada tahap operasional formal, remaja mulai bisa berpikir abstrak dan logis, tapi kontrol emosinya belum stabil. Akibatnya, mereka bisa memahami pelajaran di kelas, tapi di luar kelas masih mudah larut dalam sugesti atau tekanan sosial.
Menyikapi Fenomena dengan Bijak
Sekolah punya peran penting dalam merespons fenomena kesurupan. Beberapa langkah yang bisa ditempuh :
-
Menenangkan dengan pendekatan kultural – doa bersama atau pengajian bisa jadi cara meredakan keresahan warga tanpa memperkuat stigma mistis.
-
Pendampingan medis & psikologis – cek kesehatan siswa, pastikan tidur dan nutrisi cukup, serta adakan konseling untuk mengurangi stres.
-
Edukasi karakter – ajarkan siswa memahami emosi, mengelola stres, dan menyalurkannya ke aktivitas positif.
Dengan pendekatan semacam ini, sekolah tidak menafikan keyakinan masyarakat, tapi juga tetap berpijak pada fakta ilmiah.
Mistis dan Neurologis
Fenomena kesurupan di SRMA 18 Blora memang memunculkan dua wajah, mistis di mata masyarakat, dan neurologis di kacamata ilmu. Keduanya sama-sama hidup di tengah kita. Yang terpenting, sekolah mampu menjembatani, sehingga anak-anak tetap merasa aman, warga tenang, dan proses pendidikan berjalan tanpa stigma.
SRMA hadir bukan hanya untuk memberi sekolah gratis, tapi juga menjadi ruang tumbuh bagi remaja yang sedang mencari identitas. Fenomena kesurupan ini hanyalah salah satu ujian kecil dalam perjalanan panjang mereka menuju kedewasaan.
📌 Liputan pendidikan cepu.or.id: Membaca sisi ilmiah di balik fenomena keseharian siswa SRMA 18 Blora.
