Diprank Pabrik Gula GMM, Petani Tebu Cepu Raya Jadi Korban

Pengurus APTRI Blora saat audiensi di DPRD Blora menuntut keadilan bagi petani tebu yang dirugikan penutupan giling PG GMM Bulog

“Petani tebu ini bukan pemain TikTok yang siap ditertawakan, tapi pejuang di ladang. Sayangnya, mereka berkali-kali diprank PG GMM Bulog.”


Dari Janji Manis ke Luka Pahit

Setiap tahun petani tebu di Blora dan Cepu Raya (Cepu, Sambong, Kedungtuban, Kradenan, Randublatung, dan Jati) menaruh harapan pada pabrik gula Gendhis Multi Manis (GMM) Bulog. Mereka percaya hasil keringat berbulan-bulan akan diproses dengan lancar.

Tapi kenyataannya, tahun lalu diprank dengan harga gula rendah. Tahun ini diprank lagi dengan alasan boiler rusak dan penutupan giling lebih awal. Petani sudah siap panen, eh pintu pabrik malah ditutup. Boro-boro untung, yang ada malah buntung.


APTRI Meradang, Bosan Diprank Terus

Ketua APTRI Blora, Sunoto, sudah gak tahan. Sunoto bilang bosan dan malu, karena setiap tahun masalahnya beda-beda, tapi ujungnya sama, petani yang jadi korban.
Kalau tahun lalu ribut harga, sekarang masalah teknis. Tapi intinya jelas, manajemen GMM dinilai gagal memberi kepastian.

Di titik ini, petani wajar merasa ditipu. Mereka sudah siap produksi, tapi malah disuruh antre ke pabrik lain. Itu artinya biaya tambahan, waktu molor, kualitas tebu turun, dan kerugian menumpuk.


Mustopa dan DPRD, Sekilas Oksigen

Di tengah suasana panas, Ketua DPRD Blora, Mustopa, maju jadi penengah. Mustopa berjanji dampingi petani dan direksi ke Jakarta untuk mencari solusi di Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian.
Baiklah, kita catat ini sebagai langkah positif. Tapi petani tidak boleh hanya menunggu belas kasihan politik. Mereka perlu strategi baru untuk memperkuat posisi tawarnya.


Rekomendasi untuk Petani Tebu Cepu Raya

  1. Perkuat Konsolidasi APTRI
    Petani jangan jalan sendiri-sendiri. Lewat APTRI, suara kolektif akan lebih didengar dibanding teriak sendiri-sendiri.

  2. Transparansi Kontrak dan Skema Kemitraan
    APTRI harus mendesak adanya MoU yang jelas dengan PG GMM Bulog. Jangan hanya janji manis setiap musim, tapi ada hitam di atas putih soal harga, kuota giling, dan kompensasi bila pabrik bermasalah.

  3. Diversifikasi Pasar
    Petani bisa mulai cari alternatif mitra pabrik, bahkan menjajaki pengolahan skala menengah atau koperasi, agar tidak terlalu bergantung pada satu pabrik yang tiap tahun bikin ulah.

  4. Dorong Audit Independen Pabrik
    APTRI bersama DPRD bisa menekan Kementerian BUMN untuk lakukan audit total PG GMM Bulog. Jangan hanya audit internal yang sering jadi formalitas.

  5. Bangun Aliansi Regional
    Petani tebu Cepu Raya bisa berjejaring dengan petani di daerah lain (misalnya Kudus, Pati, atau Rembang) untuk memperkuat bargaining position terhadap Bulog dan Kementerian.


Jangan Biarkan Diprank Lagi

Petani tebu Cepu Raya sudah terlalu sering jadi korban. Mereka bukan sekadar “mitra”, tapi nadi hidup pabrik gula. Tanpa tebu rakyat, GMM bukan apa-apa.
Kalau terus diprank dengan alasan teknis, petani harus berani mengubah strategi, dari sekadar penerima nasib, menjadi penentu arah.

“Sekali dua kali diprank mungkin bisa ditertawakan. Tapi kalau tiap tahun diprank, itu namanya penghinaan.”