Pagebluk MBG, Antara Harapan, Kecurigaan, dan Suara Rakyat Cepu Raya
Gelombang Nasional yang Mengkhawatirkan
Ribuan siswa di berbagai daerah Indonesia diberitakan mengalami keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah pusat sampai harus membentuk tim investigasi khusus, melibatkan Polri, BIN, dan para ahli pangan. Sistem pencatatan harian mirip pandemi Covid-19 bahkan digagas.
Kasus di SDN Semanding, Bojonegoro, menjadi yang terdekat dari Kawasan Cepu Raya. Puluhan anak sakit perut, muntah, pusing, hingga distribusi MBG dihentikan sementara. Seolah sinyal peringatan keras, ada masalah besar di dapur MBG, bukan sekadar insiden kecil.
Blora dan Cepu Raya, Sunyi di Atas Kertas, Resah di Lapangan
Secara resmi, pihak SPPG Blora menyatakan “belum ada kasus keracunan.” Bahkan sempat beredar perjanjian yang mewajibkan sekolah merahasiakan bila ada keluhan atau keracunan MBG. Walau belakangan direvisi, jejak itu menunjukkan adanya upaya membungkam.
Namun, suara rakyat berkata lain. Dari pengakuan orang tua siswa, mutu MBG di Cepu Raya sering bikin kening berkerut, ayam goreng crispy yang sudah berbau tak segar, sayur yang hampir basi, semangka yang terasa masam. Off the record, pengelola SPPG sendiri mengakuinya. Fakta yang tak tertulis dalam laporan resmi, tapi nyata di lidah dan perut rakyat.
Guru Dijadikan “Tester”
Ada pula fenomena yang getir sekaligus ironis, tiap sekolah diberi tambahan dua paket MBG khusus untuk guru. Katanya, itu “itikad baik” agar bisa dicicipi dulu sebelum dibagikan ke siswa.
Seorang kepala sekolah pernah bertanya polos, “Kok gurunya disuruh makan dulu?” Jawaban pihak SPPG sederhana tapi mengandung makna besar, “Sudah kami cicipi terlebih dahulu, Pak.”
Kalau makanan memang dijamin aman, untuk apa ada ritual tester berlapis seperti itu? Di balik humor getirnya, terselip kecurigaan, apakah MBG ini benar-benar makanan sehat, atau justru eksperimen massal dengan anak sekolah sebagai kelinci percobaan?
Rakyat Hanya Bisa Berharap, Tapi Harapan Saja Tak Cukup
Warga Cepu Raya tentu berharap pagebluk MBG tak menjalar ke sini. Tapi harapan tanpa pengawasan hanya akan menjadi doa kosong. Ketika makanan basi bisa masuk kantin sekolah, ketika ada MoU yang berupaya membungkam suara rakyat, maka kepercayaan terhadap program ini perlahan runtuh.
Pertanyaan yang menggantung di udara, untuk siapa sebenarnya MBG ini? Untuk menyehatkan anak-anak bangsa, atau sekadar proyek yang dikejar target tanpa peduli mutu?
Corong Rakyat Harus Bicara
Cepu.or.id bukan media pencitraan. Media ini merupakan corong rakyat yang ikut merawat negara dengan cara mengingatkan, mengkritik, dan menjaga agar suara kecil tak tenggelam dalam gegap gempita program nasional.
Karena diam adalah pengkhianatan. Dan suara rakyat, betapapun lirihnya, tetap lebih murni daripada laporan resmi yang disaring demi wibawa.
-di-meja-kelas-sekolah-dasar,-berisi-nasi,-lauk-ayam,-sayur,-dan-buah.jpg)