Ora Rugi Resikan ning Cepu, Revolusi Kecil Bernilai Besar
🌱 Revolusi yang Dimulai dari Sapu dan Kesadaran
Kota yang besar tak selalu diukur dari tinggi gedungnya, tapi dari rendahnya sampah di jalanan.
Kota yang hebat bukan karena banyaknya proyek, tapi karena warganya tidak membuang puntung rokok sembarangan.
Cepu, dengan segala sejarah dan potensinya, bisa belajar dari hal paling sederhana, menjadi kota yang resik.
Karena dari kebersihan, muncul disiplin. Dari disiplin, lahir peradaban.
Gerakan “Ora Isin Dadi Wong Resikan” bisa jadi revolusi kecil yang bernilai besar — sebuah cara baru mengajarkan warga mencintai kotanya tanpa harus disuruh-suruh lagi.
🧭 Mengapa Kebersihan Itu Politik yang Sunyi
Kita sering berpikir politik hanya soal pilkada, proyek, dan jabatan.
Padahal, kebersihan juga politik — tapi politik yang sunyi.
Langsung menyentuh urat moral dan karakter warga.
Singapura tidak menjadi bersih karena warganya tiba-tiba sadar begitu saja, tapi karena pemerintahnya berani membentuk kesadaran kolektif.
Lee Kuan Yew memulai dengan aturan sederhana tapi keras, denda besar bagi yang buang sampah sembarangan, plus pendidikan karakter yang konsisten di sekolah.
Hasilnya? Disiplin menjadi budaya, bukan paksaan.
Cepu bisa melakukan hal yang sama, tapi dengan caranya sendiri — cara yang berakar pada budaya Jawa, gak harus tiru-tiru orang Barat.
💧 Cepu Kota Energi yang Butuh Energi Moral
Sebagai kota minyak, Cepu punya sejarah panjang soal eksploitasi sumber daya. Tapi ironisnya, kebersihan dan keteraturan masih jadi urusan “sukarela.”
Pasar Cepu, gang-gang padat, bahkan bantaran Bengawan Solo — masih sering menjadi cermin dari pola disiplin yang belum selesai.
Namun, di balik semua itu, ada modal sosial besar, yaitu, gotong royong.
Di sinilah “Ora Isin Dadi Wong Resikan” bisa menjadi gerakan moral yang khas, bukan karena diperintah, tapi karena malu punya lingkungan kotor.
🧹 Makna Filosofis “Resikan” Itu Bukan Sekadar Fisik
Dalam tradisi Jawa, resikan punya makna luas.
“Resik awaké, resik atiné, resik pakéané.”
Artinya, kebersihan diri harus sejalan dengan kebersihan niat dan tindakan.
Kalimat “Ora Isin Dadi Wong Resikan” gak sebatas ajakan buang sampah pada tempatnya.
Tapi lebih pada manifesto hidup — bahwa orang yang pegang erat budaya bersih gak perlu malu, justru orang yang jorok-lah yang seharusnya malu.
Nilai-nilai kecil seperti ini, bila ditanam konsisten, bisa mengganti budaya “asal beres” jadi “beres karena sadar.”
🌿 Langkah-langkah Nyata Gerakan Resikan Cepu
1. Kampung Resik, Warga Bangga
Setiap RW atau dukuh bisa punya “Indeks Resikan” — semacam kompetisi tahunan untuk lingkungan terbersih dan paling tertib.
Pemenang bukan cuma dapat hadiah, tapi jadi contoh buat yang lain.
2. Sekolah Jadi Agen Kebersihan
Anak-anak TK dan SD di Cepu bisa dilibatkan dalam program “Resikan Challenge” mingguan.
Bersih kelas, bersih taman, bersih hati.
Karena kebiasaan sosial paling mudah diajarkan lewat permainan.
3. Pasar dan Tempat Ibadah sebagai Simbol Resikan
Pasar bersih = ekonomi sehat.
Masjid dan gereja bersih = moral masyarakat hidup.
Dua tempat ini bisa dijadikan “pusat etika publik.”
4. Gotong Royong Rutin dan Edukasi Publik
Alih-alih menunggu perintah pemerintah, gerakan bisa digerakkan lewat komunitas RT, karang taruna, dan BUMDes.
Pemerintah tinggal memfasilitasi logistik dan media kampanye.
Tagline-nya, “Resik kuwi Rohmate Gusti.”
💡 Kebersihan Itu Identitas, Bukan Hiasan
Kalau kita perhatikan, kota yang bersih selalu menularkan optimisme.
Jalan rapi membuat orang ingin menata hidupnya.
Taman yang asri membuat warga ingin menjaga ketenangan batinnya.
Dan saat warga bangga dengan kotanya, mereka akan melindunginya — bahkan tanpa diminta.
Cepu tak perlu jadi seperti Singapura dulu.
Cukup jadi kota kecil yang disiplin, bersih, dan sadar bahwa masa depan dimulai dari trotoar, dimulai dari selokan depan rumah.
⚖️ Tantangan Budaya “Ah, Wis Biasane Ngono”
Yang paling sulit bukan membersihkan jalan, tapi membersihkan pikiran.
Masih banyak yang merasa, “ah, wis biasane ngono, ora popo.”
Kebiasaan membenarkan yang salah inilah yang membuat banyak kota kecil stagnan.
Maka, revolusi kebersihan di Cepu bukan sekadar urusan sapu, tapi urusan mental,
berani malu kalau kotor, bangga kalau resik.
🌅 Revolusi Sunyi yang Mengubah Segalanya
“Resik” mungkin terdengar remeh, tapi sejarah selalu dimulai dari hal-hal kecil yang dikerjakan konsisten.
Dari sapu tangan bisa lahir budaya tertib; dari jalan bersih bisa tumbuh kesadaran moral.
“Ora isin dadi wong resikan” gak sebatas slogan, tapi juga akan menjadi doa agar Cepu menjadi kota yang lebih beradab — kota kecil tapi bersinar, bukan karena lampunya, tapi karena warganya yang bersih hati serta pikirannya.
