BUMDes Jadi GLC, Cara Baru Mengelola Ekonomi Cepu Raya
π‘ Dari Desa ke Dunia Usaha Modern
Kita sering memandang BUMDes hanya sebagai “unit ekonomi kecil-kecilan,” padahal potensinya jauh lebih besar.
Kalau dikelola dengan profesional dan transparan, BUMDes bisa jadi semacam GLC (Government Linked Company) versi lokal — perusahaan yang dimiliki pemerintah desa, tapi dijalankan dengan logika bisnis modern.
Cepu Raya bisa jadi perintisnya.
Sebab di tengah ekonomi migas yang makin menurun dan lapangan kerja makin sempit, kekuatan ekonomi baru harus lahir dari bawah, tapi berpikir seperti korporasi.
π️ Singapura Punya Temasek, Cepu Bisa Punya BUMDes Holding
Singapura membangun ekonominya lewat GLC seperti Temasek Holdings — negara punya saham, tapi manajemennya profesional.
BUMDes di Cepu bisa belajar dari situ.
Bayangkan kalau antar-BUMDes di Sambong, Kedungtuban, Randublatung, Kradenan, dan Jati disatukan dalam holding bersama,
BUMDes Cepu Raya Holding – yang bergerak di sektor pertanian, pangan olahan, pariwisata, energi terbarukan, dan digitalisasi desa.
Pemerintah desa tetap jadi pemilik, tapi keputusan bisnis diambil berdasarkan kajian, bukan kedekatan.
Inilah meritokrasi versi ekonomi rakyat.
π Masalah BUMDes Hari Ini, Banyak yang Aktif di Kertas, Mati di Lapangan
Realitanya, banyak BUMDes yang hanya “aktif secara administratif.”
Punya laporan, tapi tak punya laba.
Ada kantor, tapi sepi kegiatan.
Masalahnya bukan pada semangat, tapi pada struktur dan SDM.
BUMDes sering diisi oleh perangkat atau kerabat yang sekadar dipercaya, bukan yang paling kompeten.
Padahal, kalau pengelola BUMDes dianggap seperti CEO mini, dan diberikan pelatihan manajemen, arah bisa langsung berubah.
⚙️ Reformasi BUMDes Dari Ujung Meja ke Pasar Nyata
1. Profesionalisasi Pengelola
BUMDes harus punya standar seleksi dan kontrak kerja jelas.
Boleh saja kepala desa menunjuk, tapi harus lewat uji kompetensi dan evaluasi tahunan.
Gaji pun bisa berbasis kinerja, makin untung, makin tinggi insentifnya.
2. Sinergi antar-BUMDes
Alih-alih jalan sendiri-sendiri, antar-BUMDes di Cepu Raya bisa berbagi peran :
-
Sambong fokus ke agrowisata.
-
Kedungtuban ke pengolahan hasil tani.
-
Cepu ke logistik dan digital marketplace.
-
Randublatung ke sektor kehutanan dan mebel.
-
Jati ke energi terbarukan.
Kolaborasi ini menciptakan ekonomi skala yang tak mungkin dicapai sendirian.
3. BUMDes Academy
Kabupaten bisa bikin BUMDes Academy Cepu Raya — wadah pelatihan, mentoring, dan riset pasar.
Bayangkan setiap pengelola desa belajar marketing, akuntansi, dan branding produk lokal.
Dari sini lahir generasi baru, wirausaha desa yang berpikir global.
4. Transparansi Digital
Semua laporan keuangan dan kegiatan BUMDes bisa diunggah ke dashboard publik.
Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menumbuhkan kepercayaan.
Kalau warga tahu uangnya dikelola dengan jujur dan cerdas, mereka akan mendukung penuh.
πΎ Potensi Cepu Raya, Dari Jagung, Mebel, sampai Digitalisasi Desa
Bayangkan satu skenario sederhana :
BUMDes Randublatung mengolah limbah kayu jadi wood pellet (energi biomassa).
Hasilnya dijual lewat platform digital BUMDes Cepu.
Sementara BUMDes Kedungtuban menyediakan bahan pangan organik untuk program Makan Bergizi Gratis di sekolah.
Semua itu terhubung lewat sistem digital desa yang dikelola BUMDes Holding.
Inilah ekonomi mandiri berbasis lokal, tapi beroperasi dengan cara global.
π§ BUMDes = GLC Mini, tapi dengan Rasa Gotong Royong
GLC di Singapura beroperasi dengan disiplin korporasi, tapi tanpa kehilangan tanggung jawab sosial.
BUMDes pun bisa seperti itu :
-
Ada profit, tapi tetap ada nilai sosial.
-
Ada kompetisi, tapi tetap ada solidaritas.
-
Ada efisiensi, tapi tetap menghormati kearifan lokal.
Kuncinya: pisahkan manajemen bisnis dari politik desa.
Karena politik boleh berpihak, tapi bisnis harus berpikir objektif.
⚖️ Tantangan, Dari “Sing Kurang Modal” ke “Sing Kurang Model”
Sering alasan klasiknya, “BUMDes ora maju, soale ora nduwΓ© modal.”
Padahal masalah utamanya bukan kurang modal, tapi kurang model.
Model manajemen, model kemitraan, dan model berpikir.
Cepu Raya perlu model baru — BUMDes yang bukan sekadar lembaga ekonomi, tapi simbol kemandirian warga.
π Ekonomi Desa Bukan Mainan, Tapi Masa Depan
Ketika ekonomi global makin tidak pasti, kekuatan lokal jadi tumpuan.
Kalau BUMDes digarap serius, bukan cuma jadi laporan kegiatan tahunan, tapi jadi GLC-nya rakyat, maka Cepu tak perlu menunggu investor besar untuk bangkit.
“Kemandirian sejati bukan saat kita punya banyak uang, tapi saat kita tahu cara menghasilkan dan mengelolanya sendiri.”
Dan dari desa-desa itulah, Cepu Raya bisa membangun sistem ekonomi yang bersih, adil, dan berdaya.
Revolusi senyap, tapi nyata.
