Dari Blora ke Panggung Nasional, Cerita Dua Bunga Kecil yang Tumbuh Jadi Inspirasi

Dua pelajar SD asal Blora siap berlaga di tingkat nasional OSN dan FLS3N 2025

Di tengah rimba sekolah dasar yang penuh tawa riang, ada dua bunga kecil yang tengah merekah dari tanah Blora. Mereka masih belia, duduk di kelas VI, namun langkahnya sudah menjejak jauh, mewakili Jawa Tengah ke panggung nasional. Namanya Nada Jenna Sasmaya dan Fike Setya Rinanti. Dua nama yang mungkin belum akrab di telinga banyak orang, tapi hari ini mereka menjadi wujud nyata dari harapan sebuah daerah yang sering dipandang pinggiran.

Blora, yang selama ini identik dengan hutan jati, sumur minyak, dan geliat kecil di tepian Jawa, seolah ingin berkata, “Kami pun punya generasi yang bisa bersuara di tingkat nasional.”


Fike dan Dunia Cerita

Fike, gadis mungil dari SDN 1 Sambiroto Kunduran, jatuh cinta pada dunia cerita. Ia menulis, bukan sekadar untuk lomba, tapi sebagai cara bercakap dengan dunia. Dari tangannya lahirlah kisah “Senyuman Mbok Yem”, sebuah cerita sederhana namun penuh makna tentang ketekunan, kesantunan, dan kemandirian di usia renta.

Di balik ceritanya, kita melihat refleksi nilai Jawa yang kian terkikis oleh derasnya arus zaman. Anak seusia Fike menuliskan tokoh seperti Mbok Yem, seolah ingin mengingatkan kita, ada kearifan lokal yang tak boleh hilang.

Tak heran bila karyanya menembus seleksi demi seleksi, dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Perjalanannya adalah bukti bahwa tulisan, betapapun lahir dari tangan kecil, bisa membawa seseorang melangkah jauh.

Namun, cita-citanya justru bukan jadi penulis. Ia ingin jadi perawat. Alasannya sederhana, tapi menggugah, ingin menolong banyak orang. Barangkali, dari sanalah benih kepedulian dalam tulisannya tumbuh.


Jenna dan Misteri Matematika

Berbeda dengan Fike yang berkawan dengan kata-kata, Jenna dari SDIT Mutiara Insan Cepu justru bersahabat dengan angka-angka. Matematika, yang bagi sebagian besar anak adalah momok, baginya justru permainan seru. Ia menyebut mengerjakan soal Matematika seperti memecahkan misteri, ada rasa plong yang tak tergantikan saat jawaban ditemukan.

Ayahnya, seorang pencinta Matematika, menjadi guru pertamanya. Setiap hari mereka duduk bersama, membedah soal, berdiskusi, dan tertawa di balik angka. Dari sana lahir keyakinan, ilmu itu bukan sekadar hafalan di kelas, tapi petualangan yang mengasyikkan.

Cita-citanya pun tinggi, ingin jadi ilmuwan dan penemu. Di usianya yang masih belia, ia sudah menyalakan obor mimpi yang tidak semua orang berani membayangkannya.


Menggenggam Harapan Blora

Di balik nama-nama besar kota lain yang sering mendominasi panggung nasional, Blora menyelipkan dua anak kecil dengan tekad besar. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Sunaryo, dengan bangga melepas mereka, sambil menitipkan pesan agar prestasi ini menjadi inspirasi bagi siswa lain.

Tentu, dua anak ini bukan sekadar simbol kemenangan lomba. Mereka adalah bukti bahwa kerja keras, dukungan keluarga, dan bimbingan guru bisa melahirkan mutiara dari daerah yang kerap terlewat dari sorotan media.

Lebih dari itu, Jenna dan Fike mengingatkan kita bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya soal angka rapor atau rangking kelas. Pendidikan adalah menyalakan rasa ingin tahu, memberi ruang bagi imajinasi, dan mendampingi anak menemukan jati dirinya.


Catatan Kecil untuk Kita

Di balik tepuk tangan apresiasi, ada pertanyaan yang seharusnya kita renungkan, setelah lomba ini, bagaimana nasib Jenna dan Fike? Apakah mereka akan terus mendapat ruang untuk berkembang? Ataukah prestasi mereka hanya akan jadi foto seremonial di dinding sekolah dan ruang dinas?

Kisah dua gadis kecil ini seharusnya jadi momentum untuk kita semua, terutama para pengambil kebijakan di Blora, agar lebih serius membina dan mengawal potensi anak-anak daerah. Karena pendidikan sejati tak pernah berhenti di panggung lomba. Ia terus berjalan, sepanjang anak-anak kita masih bermimpi.

Dan dari Blora, melalui Jenna dan Fike, kita belajar lagi arti sederhana dari sebuah mimpi, kecil, tulus, tapi punya daya untuk menembus batas.