Eksplorasi Sumur Dara Jingga, Momentum Kebangkitan Cepu Raya dan Pemberdayaan Sosial Blora

Santunan anak yatim pada tajak pengeboran Sumur Dara Jingga DRJ-001 di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Blora, dihadiri Wabup, Forkopimda, SKK Migas, dan Pertamina

Eksplorasi Sumur Dara Jingga (DRJ)-001 di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, pada Selasa (30/9/2025), bagi sebagian orang mungkin sekadar seremoni teknis, doa bersama, tajak pengeboran, potong tumpeng, lalu santunan anak yatim. Namun jika ditarik dalam bingkai sejarah panjang, momen ini adalah fragmen penting dalam perjalanan Cepu Raya—sebuah kawasan yang sejak awal abad ke-20 sudah dicatat sebagai lumbung energi nasional, tetapi di saat bersamaan menyimpan luka sosial dari relasi yang timpang antara pusat, BUMN, dan rakyatnya.


Cepu Raya Identitas yang Terbentuk dari Minyak dan Keringat Rakyat

Istilah Cepu Raya tidak pernah resmi dalam nomenklatur negara. Namun lahir dari kesadaran kolektif yang merangkul wilayah Sambong, Cepu, Kedungtuban, Kradenan, Randublatung, hingga Mendenrejo. Kawasan ini membentang di timur Blora, di mana sejak zaman kolonial Belanda, perusahaan-perusahaan minyak mengeksploitasi perut bumi.

Sejak itulah, minyak menjadi penanda identitas Cepu Raya, sumur tua yang terus dipompa rakyat secara tradisional, pipa-pipa yang berkarat namun tetap menyalurkan harapan, hingga ladang eksplorasi modern yang kini ditangani BUMN sebesar Pertamina. Akan tetapi, ironinya, kesejahteraan masyarakat Cepu Raya sering tertinggal. Minyak mengalir ke pusat, sementara rakyat sekitar tetap berkutat dengan keterbatasan pekerjaan, pendidikan, dan layanan sosial.


Pertamina dan Kesadaran Sosial

Pertamina sebagai BUMN hari ini memikul tanggung jawab ganda, mencari keuntungan dan menjaga mandat sosial. Maka doa bersama di Sumur Dara Jingga yang diakhiri dengan santunan anak yatim piatu sesungguhnya adalah simbol, bahwa eksplorasi energi tidak bisa lagi dipisahkan dari aspek pemberdayaan masyarakat.

Pertanyaan kritisnya, apakah santunan itu sekadar seremonial, ataukah awal dari kesadaran baru bahwa rakyat Cepu Raya layak memperoleh ruang lebih dalam narasi energi nasional? Bahwa kelompok pemerlu atensi sosial—yatim piatu, dhuafa, pengangguran, kaum rentan—tidak cukup hanya dilihat sebagai objek belas kasih, melainkan subjek pembangunan.


Pemkab Blora dan Pendekatan Persuasif

Di tengah dominasi logika korporasi dan kepentingan negara, Pemerintah Kabupaten Blora mengambil posisi unik persuasif. Wakil Bupati Hj. Sri Setyorini dalam sambutannya tidak hanya mengutip pentingnya ketahanan energi nasional, tetapi juga menekankan kehati-hatian, keselamatan kerja, serta tanggung jawab sosial.

Nada persuasif itu sejatinya adalah diplomasi. Pemkab Blora tahu bahwa kekuasaan penuh ada di tangan pemerintah pusat dan BUMN, tetapi dengan persuasi, mereka berusaha menegosiasikan agar rakyat Cepu Raya tidak lagi sekadar penonton. Bahwa sumur Dara Jingga yang digali di tanah Mendenrejo harus pula memberi air kehidupan bagi warganya.

Doa bersama tajak pengeboran Sumur Dara Jingga DRJ-001 di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Blora, dihadiri Wabup, Forkopimda, SKK Migas, dan Pertamina

Harapan dan Tantangan Cepu Raya

Harapan itu sederhana, agar eksplorasi Dara Jingga menghasilkan minyak, tetapi sekaligus memantik multiplier effect yang nyata—lapangan kerja, perbaikan infrastruktur, program pemberdayaan sosial, dan keberlanjutan lingkungan.

Namun tantangannya jelas, sejarah panjang menunjukkan bahwa keuntungan migas lebih banyak mengalir ke pusat ketimbang daerah. Rakyat hanya menerima sisanya—sering kali dalam bentuk program jangka pendek.

Cepu Raya kini menunggu, apakah Dara Jingga akan menjadi sekadar “sumur nasional” yang melupakan desa di sekitarnya, atau menjadi momentum kebangkitan identitas kolektif kawasan ini.


Menjaga Keseimbangan Energi, Sosial, dan Lingkungan

Esai ini tidak berhenti pada romantisme atau kritik. Kita coba menutup dengan refleksi, bahwa keseimbangan adalah kunci. Energi nasional memang penting, tetapi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial rakyat Cepu Raya tidak boleh dikesampingkan.

Momentum Dara Jingga bisa menjadi turning point bila Pertamina, SKK Migas, dan Pemkab Blora berani menjadikan rakyat sebagai mitra sejajar, bukan sekadar penerima program. Seperti kata Wabup Sri Setyorini, “Mari kita jaga bersama keseimbangan antara kemanfaatan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan. Jadikan momentum ini sebagai langkah nyata untuk masa depan Blora lebih sejahtera.”