545 Ribu Wisatawan ke Blora, Antara Optimisme Data dan Tantangan Riil Pariwisata

Wisatawan menikmati suasana Goa Terawang, salah satu destinasi populer di Kabupaten Blora

Klaim Besar Dinporabudpar

Liburan sekolah tahun ini memberi berkah bagi sektor pariwisata Blora. Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar, Yeti Romdonah, mengungkapkan bahwa kunjungan wisatawan selama Juli 2025 mencapai 545 ribu orang.

“Untuk target kami di 2025 ini sebanyak 549.267 kunjungan. Angka itu kami yakin mampu terpenuhi dalam beberapa bulan terakhir,” ujarnya (3/9/2025).

Dengan sisa target hanya sekitar 4 ribu wisatawan, Blora optimistis bisa menutup tahun dengan prestasi melebihi sasaran.


Putihnya Optimisme yang Layak Apresiasi

  1. Kenaikan Nyata – Januari–Juli 2025 mencatat 545 ribu kunjungan, lebih tinggi dari periode sama 2024 yang hanya 527 ribu.

  2. Daya Tarik Beragam – ada 19 destinasi wisata, mulai dari Goa Terawang, Noyo Gimbal View, Waduk Greneng, hingga wisata buatan baru.

  3. Momentum Liburan – libur sekolah terbukti mendongkrak jumlah kunjungan.

  4. Pengelola Aktif – banyak destinasi sudah memperbaiki fasilitas dan promosi lewat media sosial.

Artinya, geliat pariwisata Blora memang makin terasa.


Hitamnya Angka Perlu Ditelisik Kritis

Namun, klaim setengah juta wisatawan tidak bisa langsung diterima mentah-mentah. Ada beberapa catatan :

  • Metodologi Hitung
    Apakah 545 ribu benar wisatawan luar daerah, atau termasuk warga lokal yang hanya mampir? Data berbasis tiket atau sekadar perkiraan?

  • Kualitas vs Kuantitas
    Jumlah besar belum tentu berarti ekonomi rakyat ikut terangkat. Kalau wisatawan hanya sekadar lewat, dampaknya minim.

  • Sebaran Wisatawan
    Apakah 19 destinasi merata dikunjungi, atau hanya 2–3 tempat populer yang dominan?

  • Infrastruktur
    Angka besar menuntut kesiapan jalan, toilet, parkir, dan layanan wisata. Apakah Blora sudah benar-benar siap menampung setengah juta pengunjung dengan nyaman?


Jalan Tengah, Optimisme Plus Realisme

Pariwisata memang butuh narasi optimistis, tapi jangan sampai angka jadi semacam “prestasi palsu”. Yang lebih penting adalah :

  • Transparansi data – cara hitung harus jelas.

  • Pengalaman wisatawan – mereka harus pulang dengan kesan positif, bukan sekadar datang lalu kecewa.

  • Branding Blora – jangan cuma andalkan alam, tapi juga kuliner, budaya, sejarah (Arya Penangsang), serta inovasi lokal seperti TnJ Farm atau Rumah Kalkun.


Peluang untuk Cepu Raya

Jika benar ada 545 ribu wisatawan yang mampir, maka ini adalah peluang emas bagi Cepu Raya :

  • Wisata sejarah industri migas dan sumur tua bisa dipaketkan.

  • Kuliner khas (pecel, mendut, nagasari, kucur jagung, kopi kothok, kopi santen, soto klethuk, sate kalkun) bisa dijadikan ikon.

  • Tradisi budaya seperti sedekah bumi bisa menjadi daya tarik wisata spiritual-sosial.

Daripada hanya jadi angka statistik, wisatawan harus diarahkan agar meninggalkan jejak ekonomi nyata di Blora.


Kembali ke Manfaat bagi Rakyat Blora

Klaim 545 ribu wisatawan memang patut diapresiasi, tapi juga harus dipertanyakan secara kritis. Apakah angka ini benar-benar mencerminkan kebangkitan pariwisata Blora, atau hanya sebatas euforia data?

Blora punya potensi besar, tapi tantangan di depan jelas, meningkatkan kualitas pengalaman, memperkuat branding, dan memastikan manfaat pariwisata benar-benar kembali pada masyarakat lokal.